25 January 2016 11:05 | Administrator

JAKARTA, KOMPAS — Gelombang gerakan melawan korupsi terus berkembang. Berbagai sarana media dan partisipasi publik di tiap daerah diberdayakan untuk memperluas cakupan gerakan masyarakat anti korupsi.

Bagaimanapun, upaya pemberantasan korupsi tidak dapat dilakukan oleh penegak hukum semata. Dukungan riil dari masyarakat melalui gerakan sipil yang berkesinambungan juga tetap dibutuhkan. 

Hal ini disampaikan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Agus Rahardjo ketika memberikan sambutan dalam acara pemutaran perdana film dokumenter dinamika pemberantasan korupsi yang digagas Transparency International Indonesia (TII). TII adalah bagian dari jaringan global organisasi nonpemerintah anti korupsi yang mempromosikan transparansi dan akuntabilitas kepada lembaga negara, partai politik, bisnis, dan masyarakat sipil. 

"Saat sudah berada di dalam KPK, saya makin menyadari korupsi sangat luar biasa terjadi di semua lini. Bahkan, dalam proses pemilihan rektor suatu universitas pun terindikasi korupsi. Padahal, itu sebuah institusi pendidikan. Bagaimana hal semacam itu terjadi," ujar Agus di Goethe Institut, Jakarta, Jumat (22/1). 

Untuk itu, ia mengajak semua pihak agar bekerja sama dan terus menggaungkan semangat anti korupsi, terutama di berbagai institusi pendidikan. Ia pun mengapresiasi salah satu program TII bertajuk "Check My School" yang mengawasi pemenuhan kebutuhan di suatu sekolah agar tidak berujung pada tindakan korupsi. 

Agus menambahkan, perlu ada program serupa dengan sasaran seperti rumah sakit atau lembaga lain. Dalam salah satu film pendek yang ditayangkan berjudul Menjaga Anak Kandung Reformasi, salah satu tokoh masyarakat, yaitu Edi Purwanto, mengungkapkan kegelisahannya terhadap institusi pendidikan yang tidak lagi menanamkan ajaran kejujuran.

"Apakah sudah cukup pendidikan untuk menciptakan generasi yang jujur. Jangan-jangan pendidikan justru menyuburkan ketidakjujuran. Ini patut diperbaiki," ujar Edi.

Tak hanya dari institusi pendidikan, penanaman nilai kejujuran dalam keluarga juga menjadi penting untuk mengatasi korupsi. Sementara itu, dua film lain yang berjudul Bergerak Dari Daerah dan Asa di Kekait Daye membawa pesan pentingnya kesadaran masyarakat agar tidak menjadi korban iming-iming para koruptor dan selamanya menjadi yang dirugikan.

Sekretaris Jenderal TII Dadang Trisasongko mengatakan, film memiliki kemampuan yang begitu dahsyat untuk memengaruhi publik sehingga pemberantasan korupsi dapat berjalan masif. "Lebih kuat dibandingkan dengan spanduk atau demo. Sejak empat tahun lalu, kami sudah gunakan cara ini. Film ini juga akan kami bawa ke daerah untuk disebarluaskan," ujar Dadang. 

Menurut dia, dengan langkah ini, pihaknya dapat turut membantu KPK dan penegak hukum lain untuk memberikan pemahaman tentang bahaya korupsi dan pentingnya pemberantasan korupsi. "Karena kalau tidak sa-ma-sama berjuang, korupsi sulit hilang dari Indonesia. Apalagi, dengan media ini, jangkauannya luas," ujar Dadang. (IAN)

Sumber: Kompas Cetak